Awas Mayang Sari Lewat


“Moso tiap aku lewat di depan kakak-kakak angkatan, mereka langsung berbisik keras, “Awas Mayang Sari lewat. Pegangin pacar masing-masing ntar keburu disamber doi.” Demikian cerita si Bocah (panggilan buat putri saya yang memasuki semester I bangku kuliah ). Memang dia baru saja berpacaran dengan kakak kelasnya. Setelah si kakak kelas baru putus dengan pacarnya yang bergaya ala-ala drama queen pasang aksi kasih talak ketika marah-marah dengan si cowok. Masalahnya, dia gak ngeh bahwa pesonanya ada batasnya dan si cowok sudah melirik-lirik cadangan baru ketika hubungan mereka penuh pertengkaran. Makanya begitu si cewek pasang talak pacaran, si cowok bebas melenggang ngajakin pacaran si Bocah. Si cewek kaget biasanya si cowok begging-begging balikan. Murkalah dia ke si “perebut” pacar orang. Dan karena dia senior maka ketika menyebarkan rumor soal si Bocah sebagai perebut pacar orang, semua percaya.

Belakang hari masalah di antara mereka bertiga beres walaupun memakan waktu cukup lama. Tapi dalam masalah ini saya malah lebih terkesan dengan stigma yang ditempelkan yakni “Mayang Sari,” plis deh mereka masih berusia belasan tahun dan paling banter mungkin di awal 20-an tahun. Mungkin saking populernya kasus Mayang Sari dan Bambang Tri versus Halimah (isteri resmi ketika itu) maka anak bau kencurpun (ketika kasus itu baru muncul sekitar 10 tahun lalu pastinya masih duduk di bangku SD).

Mayansari

Hal yang sama terjadi saat saya menghadiri acara peluncuran cluster baru di daerah Bintaro. Setelah puas berkeliling venue baru, kami diajak makan siang di sebuah café di bilangan Bintaro Xchange Mall. Di sana saya lihat ada Sandrina Malakiano sibuk wara-wiri memeriksa hidangan perjamuan sementara Eep Saepulloh sibuk diperangkat sound system. Saya pikir Sandrina sedang sibuk jadi Event Organizer, ga taunya Café itu milik Sandrina dan Eep. Saya yang memang norak bin kamseupay langsung mengejar Eep dan Sandrina untuk berwelfie. Usai berwelfie ria dengan senyum puas, saya menuju meja tempat duduk bersama 3 rekan wanita lain sesama undangan yang baru kenal di situ. Baru juga duduk sudah ditegur salah seorang yang berkartu nama editor media online, “Itu Sandrina kan? Yang ngerebut suami orang?”.Kok mau sih foto-fotoan ma dia, mbak, demikian wanita tersebut melanjutkan. Dengan ringan saya menjawab, “Mereka kan sudah membayar harganya. Setahu saya Sandrina kurang laku sebagai MC, lain banget sama dulu saat sebelum dia merebut suami orang. Demikian juga Eep Saepulloh, saya kok ga pernah lihat dia sliweran di Televisi sebagai pengamat politik.” Iya mbak tapi gimana nasib isteri Eep?, wanita itu melanjutkan. Seorang wanita yang duduk bersama ikut menambahkan. Dan itu membuat saya teringat kisah isteri Eep yang dimuat di majalah Femina. Eep dan isteri sama-sama orang pintar yang haus menimba ilmu. Maka mereka sepakat bahwa beberapa tahun lalu adalah giliran Eep untuk melanjutkan studinya ke luar negeri, jika Eep sudah selesai maka giliran dari si isteri. Pastinya banyak pengorbanan terutama materi yang dilakukan. Apa lacur, Eep pulang membawa tambahan gelar tapi bukan isterinya yang menikmati. Bahkan isterinya juga belum bisa melanjutkan pendidikan di luarnegeri untuk menambah gelar. Di majalah itu juga disebutkan isterinya sampai harus pinjam apartemen teman untuk tempat tinggal.

Sepertinya kasus-kasus perselingkuhan pesohor selalu menjadi perhatian masyarakat gak hanya yang dewasa. Anak-anakpun juga memperhatikan, mungkin karena maraknya acara infotainment yang tayang diberbagai televisi. Tak hanya orang dewasa dan anak-anak yang menjadi pemerhati perselingkuhan pesohor, generasi sepuhpun juga mencermati bahkan mengambil sikap atas masalah ini. Seperti

yang dilakukan nasabah saya, seorang ibu sepuh berusia 70 tahun. Beliau cerita pengalamannya menghadiri reuni SMP di Medan, mengambil tempat di suatu ballroom hotel bintang lima. Ternyata salah seorang penghiburnya adalah mbak KD yang saat itu lagi heboh-hebohnya kasus asmara terlarangnya dengan Raul Lemos. Taka da satupun hadirin yang bertepuk tangan saat mbak KD nyanyi. Bisa dibayangkan gak enaknya seorang entertainer beraksi tanpa tepuk tangan. Bukan hanya itu saja, panitia penyelenggarapun masih dimarahi oleh para oma yang hadir.

Demikianlah rupanya, tidak ada yang bisa menerima perselingkuhan terutama jika pesohor yang berselingkuh sebab dengan pemberitaan yang gencar dari aneka infotainment. Kisah mereka menjadi konsumsi publik. Herannya bisa dikatakan pesohor yang terpublikasi berselingkuh pasti kisahnya berlanjut dengan selingkuhannya itu. Tidak ada yang berusaha memperbaiki perkawinannya dan kembali ke pasangan lawasnya. Saya pikir salah satu penyebabnya ya karena menjadi bulan-bulanan infotainment tersebut. Orang yang sedang kalut dikejar-kejar terus maka tidak ada pilihan selain mengambil sikap “the show must go on.” Apalagi pihak selingkuhannya yang juga pesohor tentu merasa malu yang besar dan menuntut kepastian. Mungkin kalau skandalnya terjadi di bawah permukaan, penyelesaiannya bisa lebih elegan…..mungkin. Dengan terlembaganya hubungan perselingkuhan mereka bukan berarti kisah mereka jadi “live happily ever after”. Karena mereka ternyata mendapat sanksi sosial dari masyarakat.

Kisah yang disampaikan di atas rerata kisah dari pesohor, bagaimana jadinya jika terjadi pada orang kebanyakan?

Saya ingat seorang teman wanita yang hari-harinya diisi dengan blusukan bersama suami, mencari orang-orang yang kekurangan untuk disantuni. Pasangan berjiwa sosial itu nantinya akan menggalang dana dari teman-temannya yang mampu untuk menyantuni kaum dhuafa tersebut. Adik saya mengambil bagian dengan memberikan bantuan dana pendidikan bagi seorang mahasiswa hingga anak muda tersebut menjadi sarjana. Dengan seabrek kegiatan sosial tersebut, pasangan suami-istri ini dikenal sebagai pasangan ideal yang berjiwa sosial. Siapa nyana sang suami tertarik dan menjalin hubungan terlarang dengan seorang janda yang disantuninya. Kehebohan yang ditimbulkannya luar biasa. Tetangga sekitar yang marah melaporkan sikap sang suami ke tempatnya bekerja – suatu instansi negara. Sudah pasti sang suami akhirnya dipecat. Pasangan ini bercerai, sang isteri membawa anak-anaknya pindah ke kota asal – melanjutkan pendidikan serta merajut kehidupan yang baru. Tak ada info lebih lanjut mengenai sang suami. Dengan keadaan tanpa pekerjaan, apakah dia masih memiliki bara yang sama untuk melanjutkan kisah cintanya? Yang jelas dalam kehidupan masyarakat biasa ternyata memberikan sanksi sosial yang lebih keras pada kisah perselingkuhan.

Begitupun, kisah perselingkuhan tak pernah usai. Perselingkuhan demi perselingkuhan baru tetapbermunculan.

Lantas saya menemukan fakta ini, para pasangan yang berselingkuh dan kemudian menikah setelah meninggalkan pasangan resminya ternyata menjalankan pernikahan yang “baik-baik” saja sampai saat ini. Memang pernikahannya belum selama pasangan terdahulu tapi Mayang Sari dengan Bambang Tri baik-baik saja, Krisdayanti dengan Raul Lemos memiliki dua anak yang lucu-lucu. Sandrina dan Eep kompak menjalankan bisnis cafenya. Bahkan seorang teman yang berpisah dengan suaminya karena tak tahan diselingkuhi terus menerus, juga menemukan bahwa mantannya sudah menjadi suami yang setia dengan isteri barunya. Kira-kira apa yang sebenarnya terjadi? Let’s find out in another chapter.

Leave a comment